Kamis, 31 Mei 2007

FExplorer For Symbian60


Explorer tangguh untuk handphone Anda.



FExplorer | 463 KB
Download Code :


Theme for T610, T616 and T618

Theme 1


Theme 2




Download Link :
From CodeProject.com

Tester Muatan Akumulator 12V

Penggunaan baterai dalam hal ini adalah akumulator 12V, yang biasa disebut dengan aki, sudah sangat banyak. Padahal untuk jenis yang umum dipakai, komponen ini memerlukan perawatan rutin untuk menjaga umur pemakaian tidak menjadi lebih pendek. Oleh sebab itu tester untuk jenis akumulator semacam ini perlu dibuat.

Umur dari setiap akumulator yang telah dipakai tidaklah sama. Hal ini biasanya disebabkan, paling utama, adalah faktor perawatan dari akumulator itu sendiri. Akumulator mampu menyimpan energi selama kandungan asam sulfat sebagai elektrolitnya tidak habis dan sel-sel di dalamnya tidak rusak. Selama akumulator dipakai, larutan di dalamnya akan habis karena berubah menjadi uap air. Berkurangnya larutan di dalam setiap sel ini merupakan faktor utama kerusakan baterai. Tegangan akumulator yang baik adalah tidak kurang dari 12.8V dalam keadaan tanpa beban. Dalam kondisi 100%, akumulator akan memiliki resistansi dalam yang sangat kecil sehingga bila diberi beban akan menghasilkan tegagan drop yang kecil pula. Tetapi sebaliknya jika energi yang disimpan akumulator habis maka akumulator tersebut akan mempunyai resistansi internal yang semakin tinggi sehingga pembebanan pada akumulator tersebut akan menyebabkan tegangan drop semakin tinggi. Gejala yang paling mudah diamati dari penurunan energi akumulator adalah jika diberi beban lampu maka nyala lampunya lama-kelamaan akan semakin redup dan bahkan mungkin sampai tidak menyala sama sekali.

Dengan kondisi semacam ini maka ada dua kemungkinan : larutan asam sulfat di dalamnya habis atau sel-sel akumulator sebagian sudah rusak. Kondisi seperti ini sudah menyebabkan umur baterai berkurang dan kemampuan penyimpanan energinya pun berkurang cukup besar. Peralatan yang biasanya digunakan untuk memeriksa kondisi akumulator adalah hidrometer. Hidrometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan berat jenis dari suatu larutan. Jika larutan tersebut mempunyai berat jenis tinggi maka pelampung didalam hidrometer akan naik semakin tinggi jika dibandingkan dengan larutan dengan berat jenis yang lebih rendah. Pada akumulator yang baru diisi maka kandungan asam sulfatnya masih cukup pekat sehingga mempunyai berat jenis yang tinggi tetapi ketika akumulato sudah digunakan maka sebagian dari asam sulfat tersebut berubah menjadi uap air, sebagian hilang dan sebagian lagi kembali bercampur dengan sisa asam sulfat sehingga kandungan asam sulfat pada larutan tersebut semakin rendah. Kandungan asam sulfat yang semakin rendah menurunkan kemampuan akumulator untuk menyimpan energi listrik.

Hidrometer cukup layak dipakai namun tidak bisa dipakai untuk akumulator dengan tipe sealed lead acid baterry, dimana tidak diperlukan penambahan larutan tetapi tetap membutuhkan pengisian muatan kembali.


Sistem Kerja Tester

Alat ini cukup sederhana, mudah dibuat, mudah pembacaannya dan tidak membutuhkan biaya yang cukup besar. Hanya terdiri dari sebuah IC komparator, LED dan beberapa buah resistor. LED digunakan sebagai indikator kondisi muatan akumulator. LED yang digunakan adalah LED hijau, kuning, jingga, dan merah.


Gambar 1

Grafik Muatan Akumulator dengan Tegangan Terminal


Jika akumulator yang dicek dalam kondisi baik maka semua LED akan menyala. LED tersebut di atas menyimbolkan kondisi ‘sangat baik’, ‘baik’,’cukup baik’, dan ‘buruk’. Bahkan jika semua LED tidak menyala maka kondis seperti ini dapat diartikan bahwa akumulator tersebut sudah kehilangan seluruh energi yang disimpannya atau bahkan ada kemungkina rusak.

LED hijau akan terus menyala sampai tegangan akumulator yang dicek jatuh dibawah tegangan 12,6V; 12,3V untuk LED kuning; 12,0V untuk LED jingga, dan 9,8V untuk LED merah.

Hubungan antara muatan dan tegangan dapat dilihat pada gambar 1. Walaupun tegangan akumulator di bawah 11.8V pada grafik dinyatak bahwa muatan akumulator adalah ‘0%’ akumulator masih dapat memberikan ehergi listrik tetapi energi listrik yang diberikan ini dapat menimbulkan reaksi balik di dalam akumulator sendiri yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Jadi jika tegangan akumulator sudah di bawah 11.8 volt maka sebaiknya tidak diteruskan penggunaanya dan sebaiknya diisi ulang muatannya.

Detil Kerja Rangkaian

Rangkaian tester ini pada dasarnya bekerja dengan komparator. Dalam hal ini digunakan LM324 yang di dalam setiap kemasannya terdiri dari 4 buah komparator. Selain itu komparator ini cukup disuplai dengan single supply 12V. Komparator ini dikerjakan dalam mode non-inverting komparator sehingga pin inverting-nya harus dihubungkan dengan tegangan referensi yang dibentuk dari rangkaian R2 dan dioda zener REF50Z. Dioda zener REF50z ini akan memaksa tegangan di pin inverting akan selalu pada tegangan 5 volt selaman tegangan suplai jatuh di bawah tegangan 5 volt.


Gambar 2

Rangkaian Tester Akumulator 12V

Kombinasi resistor R3 sampai R7 telah dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili tegangan tertentu. Perhitungannya cukup sederhana, pembagian tegangan pada tegangan drop yang telah ditentukan.

Sebagai contoh, pada tegangan akumulator normal, 12.8V maka tegangan di pin 12 LM324 akan bernilai 5.1 volt. Dan jika kasusnya dibalik, yaitu dimana LED hijau tidak menyala, yaitu pada tegangan sedikit dibawah 5 volt maka terjadi pada tegangan 12.6 volt. Resistor yang dipasang seri dengan LED akan membatasi arus yang mengalir lewat LED sebesar 15mA. Dalam kondisi normal dimana tegangan akumulator 12.8V maka semua LED akan menyala dan LED hijau akan mati jika tegangan akumulator sudah turun sampai 12.6volt. Demikian pula dengan LED berwarna kuning, led ini akan mati jika tegangan akumulator sudah turun sapai 12.4volt. Pada tegangan 12.0volt untuk LED jingga dan tegangan 9.8volt untuk LED merah.

Pada sistem tester ini disertakan sebuah fuse yang berfungsi membatasi arus yang masuk ke dalam rangkaian dan menjaga polaritas tegangan akumulator yang sedang dites. Jika polaritas akumulator terbalik maka menyebabkan arus yang cukup besar melalui rangkaian dan dapat merusak LM324. Dengan adanya fuse tersebut (nilainya dapat diperkecil sampai 100mA) ketika polaritas akumulator yang di tes terbalik hanya mengakibatkan fuse rusak dan tidak menyebabkan kerusakan di bagian lain.

Pengecekan Alat

Di dalam sistem ini seharusnya tidak perlu lagi dilakukan pengaturan apapun kecuali pengecekan tegangan operasi pada setiap LED, yaitu pada 12.6V, 12.4V, 12.0V, dan 9.8V. Pengecekan tegangan operasi ini sebaiknya menggunakan multimeter digital yang teliti. Pastikan bahwa polaritas akumulator yang dicek sudah benar agar sekering yang dipasang tidak putus. Pemberian fuse dengan kemapuan lebih dari 500mA tidak diperkenankan karena arus lebih dari 500mA sudah dapat menyebabkan LM324 rusak.

Pengetesan akumulator dengan menggunakan tester ini cukup mudah namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

· Perhatikan polaritas akumulator yang dites. Pastikan polaritas in tidak terbalik.

· Tidak diperkenankan untuk melakukan tes pada saat akumulator di-charge. Dalam kondisi seperti ini tegangan akumulator akan sama dengan tegangan akumulator sehingga menghasilkan pembacaan yang salah. Lakukan tes pada akumulator setelah dibiarkan selama kurang lebih satu jam karena tegangan akumulator akan turun perlahan-lahan mencapai tegangan stabilnya.

· Pada saat tes dilakukan akumulator tidak boleh dalam kondisi terbeban karena pada saat pembebanan akan menyebabkan tegangan akumulator drop dan menghasilkan pembacaan yang salah. Kondisi yang disebutkan di atas tidaklah mutlak demikian karena untuk melihat tegangan drop sesaat akumulator di bebani akumulator harus dibebani dengan beban yang seharusnya dipakai. Tes semacam ini tidak diperkenankan terlalu lama karena dapat menguras habis seluruh energi yang disimpan oleh akumulator tersebut sehingga kalau akumulator yang dites adalah akumulator pada mobil, maka mbil tersebut tidak akan dapat di-starter sampai akumulatornya diisi ulang.

Pada tes dengan menggunakan beban pada akumulator tes dilakukan setelah akumulator dibebani selama dan diistirahatkan (masing-masing proses kira-kira 15 menit). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu pada akumulator kembali ke tegangan yang seharusnya. Dan tes selanjtunya dapat diteruskan sampai LED jingga mati. Ukurlah interval waktu antara setiap perubahan LED tetapi jangan diteruskan sampai LED merah tidak menyala. Kondisi ini sudah cukup untuk membuat akumulator diisi ulang.

Akumulator yang masih baik, interval waktu yang dihasilkan harus cukup lama (tergantung beban yang dipasangkan dan kapasitas akumulator) dan masing-masing intervalnya hampir sama. Apabila intervalnya semakin cepat menandakan bahwa akumulator tersebut sudah waktunya untuk diisi ulang atau bahkan jika perlu diganti dengan yang baru. Jika digunakan akumulator 12V dengan kapasitas 7Ah dengan beban 500mA maka seharusnya setelah 14 jam LED yang menyala hanya LED merah saja. Kondisi di atas diasumsikan bahwa akumulator tersebut sebelum dilakukan tes telah diisi penuh.

Dengan kata lain jika sebelum waktu yang seharusnya LED merah sudah tidak menyala lagi maka akumulator tersebut sudah waktunya untuk diganti. Namun tidaklah selalu demikian, cobalah untuk menambah larutan di dalamnya dengan larutan asam sulfat lagi, perhatikan batas pengisiannya tidak boleh melebihi batas pengisiannya. Lakukan pengisian energi kembali (charge) dan kemudian lakukan tes ulang. Jika ternyata masih gagal maka akumulator tersebut sudah layak untuk diganti.


Oleh Susanto W.K


Membuka Motorola C 200

Band : GSM 900/1800

Form Factor : 105 x 44.4 x 19.5

SW Feature Set : Zeus Base SW

Talk Time : 160 - 380 Min*

Standby Time : 100~170 Hrs*

98 x 64 Monochrome LCD

Li-Ion 700 mAh Battery

SA/MP : June ’03

Li-Ion 700 battery


Langkah-Langkah :



1

Buka cover baterry dan pindahkan baterrynya

2

Pindahkan SIM card dan pelindung antena dengan menekan pengait


3

Pindahkan Endo Assembly


4

Pindahkan bagian depan Endo Assembly

5

Pindahkan Vibrator motor

6

Pindahkan Tranceiver Board

7

Pindahkan Keypad

8

Pindahkan Earphone Speaker

9

Pindahkan Mikrophone

PCB TAMPAK ATAS

PCB TAMPAK BAWAH

BLOCK DIAGRAM

Java Games and Apps for 240x320 phones


























Ingin download game di atas, klik pada gambar game untuk direct ke halaman download atau Right Click >>> Open Link In New Window.

*Handphone dengan spesifikasi display 240x320 dan support java.

MEMBUKTIKAN HUKUM OHM DALAM PENGUKURAN


3.1 TUJUAN

Membuktikan ohm secara pengukuran dan membandingkan dengan teori yang ada.


3.2 TEORI

Secara pengukuran untuk mengetahui kebenaran hukum Ohm, bahwa semua alat listrik terdapat perbandingan yang lurus antara tegangan pada jepitan dan arus yang mengalir, dengan temperatur konstan.




Sedangkan pada percobaan nantinya kita menggunakan tahanan geser yang terbuat dari lilitan kawat nikelin yang mana :

a. Nilai tahanannya berubah tidak rata.

b. Nilai tahanan geser dipengaruhi oleh jarak pergeseran.

c. Besarnya nilai teganagn dan arus pada tahanan R berbanding lurus dengan tahanan geser.

Dimana :

R = tahanan dalam ( ohm )

P = tahanan jenis

l = panjang penghantar ( cm )

A = luas penampang


3.3 ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

- PS yang dapat diatur / regulator

- Multimeter

- Tahanan geser

- Tahanan / resistor dengan nilai sesuai yang ditunjuk asisten

- Kabel penghubung

-
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN


Gambar 3.1

a. Menyiapkan rangkaian seperti pada gambar 3.1.

b. Mengatur tegangan supply pada 12 V dan setelah disetujui oleh asisten hubungkan pada rangkaian.

c. Mengatur Vr sehingga tegangan pada beban sama dengan tegangan 1, 2, 3 dan seterusnya seperti pada tabel.

d. Mengukur arus beban dan arus dari sumber, serta masukkan hasilnya pada tabel yang ada.

e. Melepaskan hubungan rangkaian ke power supply dan mengukur tahanan Vr untuk tiap perubahan tegangan.

f. Memasukkan hasilnya pada tabel yang ada.

3.5. TUGAS PERTANYAAN

Soal

  1. Jelaskan pemahaman anda tentang hukum Ohm?
  2. Buatlah grafik V=f(IR2).Berdasarkan hasil-hasil pengamatan diatas?
  3. Bolehkah rangkaian untuk R=10 ohm (1Watt) ditukar dengan R=100 ohm (0,5 Watt)? Jelaskan alasan anda dengan rumus?
  4. Apakah hasil pengukuran Volt-Ampere berbanding lurus untuk setiap perubahan pengukuran?
  5. Buat grafik V=f(I) bedasarkan perhitungan dengan menggunakan hukum Ohm?
  6. Bandingkan grafik perhitungan dengan grafik hasil pengukuran apakah terjadi perbedaan? Bila terjadi perbedaan beri alasan?

Tugas Pendahuluan (3)

Soal

  1. Bagaimana cara mengukur tegangan pada suatu rangkaian,jelaskan dengan gambar?
  2. Untuk mengukur tegangan/arus alat ukur harus ditaruh/diletakan pada skala yang tinggi, mengapa. Jelaskan?
  3. Jelaskan /gambarkan rangkaian pengukur tahanan tinggi ?


Jawaban

1. Gambar rangkaian sederhana

Untuk mengukur tegangan pada R(VR) hubungkan Avo secara parallel dengan R.Sebelum itu atur range yang pada posisi yang lebih besar/sesuai dari E input.

2. Karena jika arus /teg yang diukur lebih besar dari range yang ditentukan. Maka alat ukur tersebut akan rusak.Jadi dengan menempatkan pada skala yang lebih tinggi maka akan mengurangi resiko kerusakan pada alat ukur.

3. Pada pengukuran tahanan tinggi ,arus akan kecil dan galvano meter akan mengantikan tempatnya dari alat pengukur ampere . Lihat gambar


Gambar 1


Gambar 2

cara menghubungkan galvano meter ada dua cara yaitu pada gambar 1 dan gambar 2 dan yang digambarkan dengan garis patah-patah adalah arus kebocoran

Atau


Gambar pengukuran tahanan tinggi dengan cara perbandingan terhadap tahanan yang diketahui.

UPS (Uninterruptible Power Supply) Part II

Seperti dibahas pada artikel terdahulu, sistem kerja UPS pada dasarnya dibedakan pada 3 sistem tetapi semuanya mempunyai elemen-elemen pendukung yang fungsinya hampir sama. Yang membedakan tiap-tiap tipe UPS adalah cara kerja untuk mem-backup sistem tenaga listrik.


Elemen Sistem UPS

Karakteristik elemen yang mendukung sebuah sistem UPS ini sangat memegang peranan penting dalam performa UPS secara keseluruhan. Sehingga pada proses disain sebuah sistem UPS harus benar-benar diperhitungkan karakteristik masing-masing elemen tersebut. Elemen utama pendukung sebuah sistem UPS dibagi menjadi 3 bagian.


Rectifier-Charger

Pada bagian ini merupakan rangkaian yang umum dipakai dalam penyerahan dan pengisian baterai. Namun rangkaian inilah yang menjadi titik berat sistem UPS. Pada prinsipnya blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya yang dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi terbeban penuh dan pada saat itu juga dapat mempertahankan muatan di dalam baterai backup. Selain itu blok ini harus mempunyai batasan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan mengalirkan daya ke output yaitu sebeasr 125-130%.

Jadi seandainya beban meningkat sampai 125% dari batas daya yang diijinkan maka blok ini harus masih bisa memberikan daya ke bagian inverter tanpa ada penurunan performa.

Karakteristik baterai juga perlu diperhitungkan dalam disain rangkaian charger-nya karena jika sebuah baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuan sebuah baterai dapat memperpendek umur baterai tersebut. Biasanya untuk arus pengisian sebuah baterai backup UPS ini adalah 80% dari kondisi arus yang dikeluarkan oleh baterai backup pada saat beban penuh (pada kondisi emergency-kondisi dimana suplai tenaga konvensional terganggu).

Batasan sebuah sistem UPS yang baik (menurut standar NEMA-National Electical Manufacturer Association) adalah dapat memberikan daya 100% terus-menerus (continous load) dan 2 jam pada beban 125% tanpa terjadi penurunan performa (kerusakan). Dalam hal baterai, baterai masih dapat dikategorikan sebagai kondisi layak pakai adalah baterai yang masih mampu memberikan daya 100% selama 1 jam jika lama pengisiannya selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur baterai).


Inverter

Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan oleh suatu sistem UPS. Sistem inverter yang membangun sebuah sistem UPS biasanya disesuiakan dengan beban kritis yang akan diaplikasikan. Pada dasarnya sistem inverter yang digunakan tidaklah menjadi masalah yang serius jika beban kritisnya masih berupa komputer saja tetapi ketidak sesuaian karakteristik inverter pada beban tertentu dapat menyebabkan sebuah sistem UPS berhenti bekerja.

Tugas utama dari sebuah inverter adalah merubah tegangan DC dari rangkaian rectifier-charger menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan harus stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensi tegangan yang dihasilkan, distorsi yang rendah, tidak terdapat tegangan transien serta tidak dapat diinterupsi oleh suatu keadaan.

Sistem inverter yang biasa digunakan adalah sistem Quasi-Square Wave inverter. Sistem ini dapat menghasilkan sinyal dengan duty cycle yang bervariasi yang mana harus dilakukan pemfilteran baik dengan menggunakan rangkaian ser/paralel LC. Dengan adanya filter ini maka sistem inverter akan lambat dalam merespon adanya tegangan transien dan frekunsinya pun akan tetap. Dengan adanya rangkaian ini maka effisiensi inverter biasanya mencapai 75%. Selain itu perlu adanya feedback yang menjaga agar didapatkan tegangan konstan, sehingga perlu adanya rangkaian regulator tegangan dengan feedback baik feedback berupa tegangan maupun berupa arus output. Pada bagian inilah yang menjadikan sebuauh sistem UPS menjadi rumit.


Gambar 1

Inverter dengan tipe Quasi-Square Wave

Tipe inverter quasi square wave ini hanya mempunyai effisiensi yang tidak terlalu tinggi yaitu 75% sehingga daya sebesar 25% terbuang untuk regulasi dan pengubahan tegangan DC menjadi tegangan AC. Dan di dalam blok osilator dan kontrol tidaklah sederhana sehingga membutuhkan komponen yang banyak dan biaya pembuatannya menjadi mahal.

Tipe inverter yang lain adalah tipe pulse width modulation. Tipe inverter ini menghasilkan deretan pulsa-pulsa yang dutycyclenya bervariasi. Pulsa-pulsa ini setelah melalui filter akan dihasilkan sebuah sinyal sinusoidal yang cukup baik. Tipe inverter pulse with modulation ini akan meningkatkan respon regulasi dan respon terhadap tegangan transien yang cukup baik. Walapun demikian tipe inverter seperti ini masih kompleks namun jumlah penggunaan komponen untuk kontrol tidak terlalu banyak. Tipe inverter semacam ini biasanya digunakan pada inverter dengan daya yang besar, sekitar 50KVA.


Gambar 2

Pulse Width Modulation Inverter

Sistem UPS dengan inverter PWM ini dapat menghasilkan tegangan output yang baik dengan pengurangan komponen filter sehingga rangkaian filter menjadi lebih sederhana dan penurunan biaya pembuatan. Namun tipe inverter ini digunakan pada inverter dengan kapasitas daya yang besar.


Gambar 3

Pulsa PWM membentuk Sinusoidal

Tipe inverter yang lain adalah tipe inverter Step wave Inverter. Pada rangkaian step wave inverter ini menggunakan inverter yang banyak untuk mendapatkan sinyal sinusoidal yang baik dan pengurangan komponen filter. Jumlah inverter yang digunakan di dalam sebuah sistem UPS biasanya 3 buah tetapi dapat pula berjumlah 6 bahkan 12 (kelipatan 3).

Pada tipe regulator ini tegangan DC harus sudah teregulasi sebelum masuk pada bagian inverter agar tidak terjadi pergeseran tegangan kotak yang dihasilkan. Sistem UPS dengan inverter ini mempunyai effisiensi sampai 85% pada beban penuh.


Gambar 4

Step Wave Inverter


Dengan banyaknya inverter akan menghasilkan step yang lebih halus sehingga fungsi filter dapat diminimisasi. Penggunaan inverter dengan tipe ini jarang dipakai untuk aplikasi komputer tetapi biasanya digunakan untuk aplikasi 3 fasa dengan kapasitas daya yang besar. Walaupun demikian kelemahan sistem inverter ini adalah dengan banyaknya inverter yang digunakan akan menghasilkan sinyal sinus yang baik namun biaya yang dibutuhkan untuk membuat invertet ini menjadi berlipat-lipat tergantung dari jumlah inverter yang digunakan.

Yang menjadi titik berat pada tipe inverter ini adalah pada bagian osilator dan kontrolnya karena pada bagian ini akan menghasilkan trigger-trigger bagi SCR-SCR yang berfungsi sebagai inverter tersebut dengan perioda yang disesuaikan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat membentuk sinyal stair case up/down dengan frekuensi yang sesuai dengan frekuensi yang dinginkan.

Transfer Switches

Pada umumnya saklar pemindah dibagi menjadi 2 bagian yaitu ;

q Electromekanikal

q Static

Pada saklar elektromekanikal dibangun dari relay-relay yang salah satu terminal mendapatkan suplai tegangan dari suplai konvensional dan yang lain dari sistem UPS.


Gambar 5

Saklar Elektromekanikal

Pada sistem saklar statis digunakan komponen semikonduktpr seperti SCR. Pada dasarnya penggunaan SCR akan lebih baik karena kecepatan peralihan pada saklar elektromekanikal terlalu lama yaitu sekitar 50 sampai 100 ms jika dibandingkan dengan operasi pemindahan yang dilakukan dengan SCR yang hanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 ms.


Gambar 6

Saklar Statis

Dari ketiga bagian utama sebuah sistem UPS, bagian rectifier-charger dan bagian inverter sangat memegang peranan penting bagi sebuah UPS.

Oleh Susanto W.K

UPS (Uninterruptible Power Supply) Part I

Penggunaan peralatan listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar terutama pada industri dan perkantoran yang menggunakan berbagai peralatan listrik untuk mendukung operasi kerja. Penggunaan yang besar ini tentunya akan menghasilkan masalah pada jalur supply tenaga listrik. Dan sebagai solusinya adalah penggunaan UPS (Uninterruptible Power Supply) sebagai alternatif sumber tenaga sementara.

Penggunaan UPS saat ini sudah mulai memasyarakat terutama pada perkantoran. Para pengguna kini sudah mulai menyadari bahwa keuntungan yang sudah seharusnya dapat diraih hilang begitu saja karena pada saat bertransaksi di internet supply tenaga listrik di komputer tersebut hilang. Dari ilustrasi tadi dapat dirasakan bahwa UPS sangat penting namun banyak pula orang awam yang belum menyadari pentingnya UPS tersebut.

Kegunaan UPS

Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga alternatif sementara yang menggantikan supply tenaga listrik utama dalam hal ini sumber listrik PLN. Namun UPS yang baik mampu menangani permasalahan gangguan listrik yang lain seperti tegangan transien, tegangan spike, atau distorsi harmonisa/noise.

UPS sendiri merupakan sebuah sistem yang berdiri sendiri terhadap sistem supply tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan listrik yang kritis terhadap gangguan supply tegangan listrik seperti komputer, jaringan komouter, bahkan peralatan industri agar terhindar dari kerusakan yang fatal.

Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan penentuan penggunaan UPS adalah terganggu/tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan supply tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat diprediksikan. Selain itu dasar pertimbangan yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang kedua ini sebagai pengguna peralatan listrik harus dapat mengetahui peralatan listrik mana saja yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan oleh peralatan listrik tersebut.

Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi maslah bagi orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus disupply pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.

Penggunaan UPS penting/harus diaplikasi pada suatu kondisi :

q Ketika gangguan supply tenaga listrik menyebabkan bahaya pada kehidupan dan kepemilikan seperti pada rumah sakit pada bagian intesive care unit-nya, monitor keamanan industrial, proses sistem kontrol, dan sistem alarm.

q Ketika gangguan listrik ini menyebabkan kerugian waktu, kerugian biaya.

q Ketika gangguan listirk ini dapat menyebabkan gangguan/kerusakan data pada jaringan komputer, jaringan ATM, atau data-data militer yang sangat penting dan rahasia.


Tipe Sistem UPS

Sistem UPS mulai dibangun ketika sering terjadinya gangguan pada jalur listrik pada saat perang dunia ke-2 dimana saat itu penggunaanya masih pada instansi-instansi penting seperti rumah sakit, intansi pelayanan masyarakat dan instansi komunikasi yang penting.

q Rotary Power Source. Sistem UPS ini masih menggunakan mesin diesel yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listriknya. Apabila terjadi gangguan listrik maka secara otomatis akan menyalakan mesin diesel tersebut kira-kira 15 detik setelah terjadi gangguang listrik pertama kali. Dengan sistem seperti ini maka penggunaan listrik hanya terganggu dalam beberapa detik saja.

q Static Power Source. Sistem UPS ini dikembangkan pada sekitar 1960 ketika mulai dikembangkannya rangkan dengan menggunakan ‘solid state’. Sistem UPS ini menggunakan sumber tenaga DC sebagai sumber tenaga pengganti sementaranya melalui rangkaian-rangkaian inverter. Rangkaian-rangkaian inverter ini berfungsi untuk merubah tegangan DC ini menjadi tegangan AC dengan amplitudo dan frekuensi yang sama dengan supply tenaga listrik yang sesungguhnya.

Rotary Power Source

Sistem ini ternyata pada waktu itu masih belum mempunyai kinerja yang baik sehingga dikembangkan lagi sehingga muncul istilah ‘no-break flywheel’. Pada sistem ini, sebuah flywheel ini dihubungkan pada sebuah motor listrik dan dihubungkan secara mekanikal dengan generator beban, dalam hal ini adalah mesin diesel.

Ketika terjadi gangguan listrik maka inersia yang tersimpan pada flywheel akan menyebabkan flywheel ini tetap berputar dan otomatis menyalakan mesin diesel sampai supply listriknya kembali normal. Dengan sistem seperti ini maka tidak perlu waktu tenggang selama 15 detik untuk menunggu supply tenaga kembali normal karena supply tenaga dijaga konstan oleh roda flywheel ini. Walaupun demikian sistem seperti ini masih ada kekurangannya yaitu pada sistem pelumasan pada sistem bearing roda flywheel.

Untuk mengatur agar kecepatan putar flywheel kontan pada saat terjadinya gangguan listrik maka sebuah rangkaian yang dinamakan eddy current coupling dipasangkan antara generator dan flywheel. Dengan adanya rangkaian ini maka ketika kecepatan angular flywheel menurun maka nilai kopel yang ditimbulkan oleh eddy current coupling ini akan meningkat sehingga menyebabkan keceptan putar menyebabkan keceptan putar flywheel tetap konstan. Sehingga dengan kata lain dengan adanya eddy current coupling ini menyebabkan tidak adanya pergeseran frekuensi pada saat transisi ketika terjadi gangguan listrik.


Gambar 1

Rangkaian Eddy Current-Loop


Static Power Source

Sistem UPS seperti ini mulai dikembangkan pada awal tahun 1960 dengan menggunakan sumber tenaga tidak bergerak, dalam hal ini adalah baterai.



Gambar 2

Sistem UPS Statis Pertama

Sistem UPS pada gambar 2 merupakan sistem UPS yang dibangun dengan menggunakan 6 sampai 24 inverter yang tiap-tiap inverter menghasilkan gelombang kotak dengan perioda yang berbeda-beda. Kemudian gelombang kotak ini dijumlahkan sehingga menghasilkan gelombang staircase yang sudah menyerupai gelombang sinus. Agar didapatkan gelombang sinus yang mulus maka gelombang staricase ini dilewatkan pada sebuah filter yang memfilter kompnen gelombang dengan frekuensi lebih tinggi daripada frekuensi gelombang sinus yang diinginkan.

Sistem ini ternyata membutuhkan biaya yang semakin besar sejalan dengan penambahan jumlah inverter yang digunakan. Penambahan inverter ini akan menyebabkan gelombang sinus yang dihasilkan akan semakin baik, semakin halus.

Pada sistem UPS ini dibangun dengan menggunakan tiga bagian utama yaitu :

q Rangkaian Charger dan Penyearah

q Rangkaian Inverter

q Baterai

Berdasarkan operasi kerjanya sistem UPS dibedakan menjadi tiga golongan dimana masing-masing sistem mempunyai teknik yang berbeda-beda, yaitu :

q Continous UPS systems. Sistem UPS ini selalu bekerja mem-‘backup’ supply tenaga listrik sehingga pada sistem ini supply tenaga listrik selalu dirubah ke supply DC kemudian diubah kembali menjadi supply tenaga AC melalui sebuah inverter.



Gambar 3

Continous UPS Systems

q Forward transfer UPS Systems. Sistem ini akan bekerja menyuplai tenaga listrik ke beban ketika sensornya mendeteksi adanya gangguan supply tenaga listrik.



Gambar 4

Forward UPS Systems

q Reverse transfer UPS systems. Pada sistem ini output sistem UPS langsung terhubung dengan beban kritis namun pada kondisi gangguan tertentu maka beban kritis dapat dialihkan pada sumber tenaga lain selain UPS.


Gambar 5

Reverse UPS Systems

Keuntungan dengan menggunakan sistem UPS continous dan reverse adalah selain dapat melakukan back up­ supali tenaga listrik, UPS-UPS dengan sistem tersebtu juga dapat berfungsi sebagai supresor tegangan transien dan fluktuasi tegangan listrik.

Kemampuan sebuah UPS dapat menyuplai tenaga listrik semuanya tergantung dari besarnya kemampuan baterai dan jumlah beban yang menggunakan daya tersebut. Semakin besar kapasitas baterai dalam sebuah UPS maka UPS tersebut (dengan beban yang sama besar) akan mampu mensupply tenaga lebih lama daripada UPS dengan kapasitas baterai yang lebih kecil.

Oleh Susanto W.K